Sabtu, 25 Oktober 2008

16 NEGARA ANGGOTA RIS (HASIL KMB)

Berdasarkan keputusan pada perundingan KMB atau konfrensi meja bundar antara Moh. Hatta, Moh. Roem dengan Van Maarseven di Den Haag Belanda memutuskan bahwa bentuk negara Indonesia adalah negara RIS / Republik Indonesia Serikat. Negara republik indonesia serikat memiliki total 16 negara bagian dan 3 daerah kekuasaan ditetapkan tanggal 27 desember 1949. Tujuan dibentuknya negara RIS tidak lain adalah untuk memecah belah rakyat Indonesia dan melemahkan pertahanan Indonesia.

A. Daerah Kekuasaan RIS 1 mencakup :
- Negara Pasundan
- Republik Indonesia
- Negara Jawa Timur
- Negara Indonesia Timur
- Negara Madura
- Negara Sumatera Selatan
- Negara Sumatera Timur

B. Daerah Kekuasaan RIS 2 meliputi :
- Negara Riau
- Negara Jawa Tengah
- Negara Dayak Besar
- Negara Bangka
- Negara Belitung
- Negara Kalimantan Timur
- Negara Kalimantan Barat
- Negara Kalimantan Tenggara
- Negara Banjar
- Negara Dayak Besar

C. Daerah Kekuasaan RIS 3 adalah :
- Daerah Indonesia lainnya yang bukan termasuk negara bagian

LUKA BATIN

Bayangkan Anda seorang anak kecil berusia delapan tahun, di panas terik berjalan kaki cukup jauh pulang sendiri dari sekolah. Anda kesepian, kelelahan, dan kehausan. Begitu sampai rumah Anda berlari masuk, menarik gelas dari meja makan, tanpa sengaja menjatuhkannya.

Ayah atau ibu kaget, menghampiri dengan tubuh tegang. Bukannya menunjukkan kekhawatiran, mereka mulai memaki-maki. Mengguncang dan memukul Anda: ”Dasar goblok. Anak tidak tahu diuntung! Selalu bikin masalah. Itu gelas bagus tahu?! Hari ini kamu dihukum tidak dapat makan siang!!” Mungkin Anda sangat ketakutan, tegang, dan bingung, sementara badan terasa sakit akibat pukulan.

Dengan gerakan kacau, Anda mulai memunguti pecahan gelas, mungkin begitu paniknya sehingga tangan tertusuk dan berdarah. Ayah atau ibu sama sekali tak peduli, tegak berdiri penuh kebencian.

Luka akibat tertusuk pecahan kaca mungkin sembuh dalam waktu singkat, tetapi luka batin? Bila mengalami hal di atas, mungkin kita akan menghayati begitu banyak perasaan negatif: takut, bingung, kesepian, sedih, marah, dan menyesali diri, merasa bodoh, tak berdaya, mungkin juga sangat marah dan benci kepada orangtua yang telah berlaku tidak adil. Kita juga akan merasa sangat malu karena orangtua melakukan hal begitu buruk dan karena kita diperlakukan demikian buruk.

Trauma psikologis adalah suatu kejadian yang menghadapkan kita pada ancaman genting yang overwhelming, berdampak pada tergoncangnya keseimbangan. Ketika itu terjadi, kapasitas menyelesaikan masalah dari otak kehilangan kemampuan mengendalikan situasi. Kekagetan dan ketakutannya dapat sangat melumpuhkan, apalagi bila dibarengi sakit fisik.

Luka batin akibat perlakuan orang terdekat sering lebih menghancurkan. Apalagi bila itu terjadi berulang.

Psikoanalisis mampu menjelaskan rinci betapa perlakuan buruk dari orang terdekat sejak masa awal kehidupan dapat menghantui hingga masa dewasa. Luka batin yang tak terobati mungkin menghancurkan kepercayaan kita kepada orang lain. Luka batin juga sering menghancurkan kepercayaan kita kepada diri sendiri (”Apakah aku cukup baik untuk dicintai?; ”Adakah yang sungguh-sungguh peduli kepadaku?”)

Luka batin mencerabut jangkar psikologis atau akar terdalam dari rasa aman manusia. Bagaimana orang merespons luka batinnya?

Tergantung karakteristik kepribadian, sosialisasi yang diterima, dan keseluruhan konteks hidupnya. Rasa marah mungkin terbawa hingga dewasa. Sikap menghukum dari orangtua diadopsi dalam bentuk mudahnya individu marah dan menghukum pasangan hidup atau anak. Atau rasa tidak aman yang kuat menyebabkan kita membentengi diri akibat takut dilukai.

Ada yang jadi sinis, punya kebutuhan berlebihan tak pernah terpuaskan akan seks, kekuasaan, prestise, dan lainnya. Intinya, hal-hal itu menjadi kompensasi ketidakyakinan kita sungguh-sungguh pribadi berharga dan patut dicintai.

Luka batin dalam komunitas juga berdampak bervariasi. Proses psikologis seperti generalisasi dan pembakuan stereotipe dapat menggulirkan ribuan masalah lebih lanjut.

Pengalaman buruk langsung maupun tak langsung (yang dilihat dan didengar) dengan kelompok tertentu (polisi, perempuan, guru, orang kaya, individu dengan karakteristik fisik tertentu) dapat mengental dalam ingatan dan berpengaruh terhadap perilaku kita.

Membangun kebahagiaan

Berikut cuplikan surat seorang gadis, sebut saja Cinta, di Jakarta, yang penuh luka batin akibat tindakan orangtua sejak masa kecil dia.

”Mbak, aku melakukan kesalahan lagi. Ibuku tadi marah-marah ke tukang yang sedang merenovasi rumah. Aku takut mereka dendam kepada Ibu dan malah kenapa-kenapa, jadi Ibu ku tenangkan. Eh, malah aku dimarahi habis-habisan. Katanya aku sok tahu, sok mengatur, durhaka. Mama teriak-teriak, lempar barang hampir kena ke kepalaku. Aku dituduh sengaja bikin Mama jadi stres supaya Mama masuk rumah sakit jiwa…. Aku tertekan banget, aku nangis berjam-jam. Kalau sudah begini, aku jadi ingin menghubungi lagi mantan pacarku. Tetapi, jangan khawatir Mbak, aku tahu itu bukan penyelesaian yang baik. Jadi, aku mau tidur dulu saja. Capekkkk.” (Dia baru putus pacaran dengan laki-laki beristri dan mulai menyadari hubungan tersebut tidak memberi manfaat apa pun bagi dia).

Dalam surat lain, dia menulis: ”Mbak, aku tidak mau jadi orang yang sama seperti ayah-ibuku yang penuh kepahitan dan menyakiti anak-anaknya. Aku sakit hati sekali kepada mamaku, sampai sekarang belum bisa ku hilangkan. Aku tahu sumber kekacauan emosi ibuku: ia bertahan hidup 32 tahun dengan suami kasar, sering menghina dan main tangan. Tadi ku dengar ayah maki-maki ibuku: ’Goblok kamu, anjing, mampus!’ Aku ingin menyayangi diriku sendiri. Pakai ukuranku sendiri dalam memahami diri sendiri, bukan ukuran orang lain, bukan ukuran mamaku atau papaku yang menganggap aku kurang pintar, kurang membanggakan, kurang cantik, kurang kaya, dan entah apa lagi.”

Ia akan terus bertahan di bidang kerjanya yang tidak disukai orangtua karena gajinya tidak sebanyak yang mereka harapkan. Ia juga akan melihat sisi-sisi positif dirinya, tidak dirontokkan komentar menyakitkan orangtua (”Kalau kamu gayanya begitu, enggak akan ada cowok mau. Paling yang datang orang-orang goblok, tukang porot, yang mau ambil duit kamu!”). Meski sulit, Cinta sedang berusaha keras membangun rasa cinta kepada diri sendiri dan tampaknya akan berhasil.

Bagaimanapun, mencegah jauh lebih mudah daripada mengobati. Bayangkan bila anak yang memecahkan gelas secara tak sengaja itu dihampiri orangtuanya yang khawatir, kemudian memeluknya, menenangkan, dan membantu membersihkan pecahan kaca. Ketakutan dan kekagetan anak akan berganti dengan kelegaan, perasaan terlindungi, terbasuh kasih sayang.

Oleh : Kristi Poerwandari, Psikolog (KOMPAS)

BILANGAN PRIMA TERBESAR

LOS ANGELES, SENIN - Masih ingat definisi bilangan prima yang mulai diperkenalkan sejak di tingkat sekolah dasar? Ya bilangan prima adalah bilangan yang hanya memiliki dua faktor pembagi, 1 dan bilangan itu sendiri. Seperti, 2, 3, 5, dan seterusnya.

Baru-baru ini, pecinta matematika di Universitas California di Los Angeles (UCLA), berhasil mengungkapkan bilangan prima terbesar yang berhasil dihitung sejauh ini. Tentu sulit untuk menyebutkan maupun menuliskannya karena bilangan tersebut terdiri dari 13 juta digit atau angka.

Untuk menghitungnya tidak mudah karena yang harus dicari adalah bilangan prima Mersenne yang pertama kali diperkenalkan matamatikawan Perancis Marin Mersenne pada abad ke-17. Bilangan tersebut didefiniskan sebagai hasil dari 2pangkat P dikurangi 1 dengan P yang juga bilangan prima.

Bilangan yang ditemukan itu dengan nilai P sebesar 43.112.609. Angka yang baru ditemukan merupakan bilangan prima Mersenne ke-46. Tim UCLA sudah menemukan delapan bilangan prima Mersenne dengan jutaan digit.

Untuk menghitungnya digunakan jaringan 75 komputer yang menggunakan sistem operasi Windows XP. Bilangan tersebut telah diverifikasi sebagai bilangan prima dengan algoritma berbeda.

"Kami sangat senang. Sekarang kami sedang berusaha mencari bilangan berikutnya, meski aneh," ujar Edson Smith, ketua tim dari UCLA. Upaya timnya mencari bilangan prima terbesar tak sia-sia karena keberhasilannya diganjar 100.000 dollar AS oleh Electronic Frontier Foundation yang menjadikannya sebagai kompetisi Great Internet Mersenne Prime Search (GIMPS).

Ribuan orang di sleuruh dunia telah berpartisipasi dalam ajang tersebut. Lomba tersebut mengajakan para pecinta matematika di seluruh dunia menggunakan kekuatan komputer untuk menghitung bilangan prima Mersenne yang minimal terdiri dari 10 juta digit.

Minggu, 28 September 2008

Kecerdasan Ganda

Teramat sering kita mendengar ada guru dan orang tua yang mengeluh karena anaknya dianggap tidak pintar. Setelah kita tanya lebih lanjut ternyata maksudnya ternyata anak tersebut dianggap tidak pintar karena tidak bisa menulis dnegan baik, membaca dengan baik, dan menghitung dengan baik.

Wah masalah nih, bener ngak yang kayak gitu dibilang tidak pintar?

Kebetulan, tahun lalu (waktu semester awal di pasca), saya pernah dikasii pinjam buku ama dosen yang baik hati. Ternyata buku itu berisi curhat dari Om Gardner. Itutuh profesor ilmu pendidikan dari Amrik sana.

SI Om bilang kita tidak bisa bilang anak tidak pintar. karena semua anak memilki kepintaran masing-masing. Si Om ini bilang lagi kalau kepintaran itu ada 9 (sebelumnya 7, dilengkapi tahun 2000). katanya ada kepintaran: Bahasa, logika, kesadaran ruang, gerak fisik, musik, pemahaman diri, memahami orang lain, lingkungan, dan religius.

Jadi nurut si Om Gardner, kalau mau bilang kurang pintar pada anak harus berimbang. mestinya ngomongnya gini: " Si Bdi itu kurang dalam kepintaran logika, tapi bagus dalam kepintaran seni dan olah tubuh". Gitu mestinya, kan jadi adil ngomongin bagusnya ama jeleknya.

Ya udah sekian duludeh. Oh ya, istilah-istilah yang saya pakai diatas adalah terjemahan ngaur dari istilah-istilah resmi yang dikeluarin Si Om Gardner (dlm bahasa Inggris).

eh lupa lagi, karena saya katrok, saya ngak baca buku aslinya si Om. Tapi kanggoi hanya baca bukunya si Paul Suparno, yang diterbitin Kanisius.

Mohon Tanggapannya ya.

Sabtu, 09 Agustus 2008

Media Pembelajaran

Pembuatan media pembelajaran memang hal yang sangat penting dalam pendidikan dewasa ini. benernyasih udah dari dulu juga penting. namun baru sekarang aja banyak dibicarain orang. Kalau kita sekarang nanya ke orang apa itu media pembelajaran, saya hampir yakin sebagain dri mereka akan emnjawab, animasi, power point, flash, alat lab, dll, pokoknya yang saya tidak bisa buat deh.
Pikiran macam ini seringkali bikin orang jadi nyerah sebelum berperang dalam ngurusinm media pembelajaran. banyak teman guru DUP (deket usia pensiun) saat saya tanya bilang tidak pernah bikin media saat ngajar, alasan mereka sudah tidak mampu lagi mengikuti perkembangan teknologi. Wah kasihan nih para kakek guru kita, masak mereka ditinggal begitu saja.
Media pembelajaran adalah segala macam alat, bahan, dan lain-lain, yang membantu siswa dalam belajar. Jadi asal guru masuk kelas, sesungguhnya guru telah memakai media, minimal dirinya sendiri (apalagi kalau gurunya cantik, pasti medianya menarik, he he he).
Benernya media ngak musti harus ngerepotin. Penggunaan papan tulis, gerak tangan guru, dll, juga adalah media pembelajaran. Namun seperti katanya nenek penemu kuantum leaning, cara belajar kan ada tiga: lihat, denger, dan lakuin. Karena itu ada baiknya media pembelajaran yang digunakan oleh guru sedapat mungkin mengakomodasi semua potensi itu. Jadi media itu baiknya dapat dilihat, didengar, dsekaligus dikerjain. Eh kok pakek dikerjain segala, jadi ngeres nih.
Nah, saat ini tuh, yang bisa ngebuat media yang dapat didengerin, diliatin, ama dikerjain, salah satunya animasi komputer, maka jadilah komputer ngetop, dan si Bill Gate tambah kaya.
Hari ini ampek ini ajadah, moga esok saya bisa mikir lagi. good bay. Oh ya hampir lupa, kalau kebetulan ada yang mampir, tolong marahin saya ya, lama nih ngak ada yang ngemarahin (mama lagi puasa ngomel).

PENDIDIKAN ANTI KORUPSI

Memerangi korupsi memang teramat sulit. Sekedar hukuman mati mungkin tidak akan cukup menyelesaikan masalah. Seperti pada kasus Narkoba, yang walaupun hukuman mati telah diterapkan, namun tetap saja kejahatan Narkoba kian hari kian marak. Ini disebabkan karena Narkoba merupakan penyakit mental, sejenis dengan korupsi. Selain itu, korupsi sebagian terbesar terjadi karena adanya kesempatan baru kemudian disusul dengan keinginan. Karena sifat ini, hukuman seberat apapun saya kira akan sulit menyelesaikan masalah Korupsi.

Namun bukan berarti tidak ada jalan. Dalam Mahabarata, disebutkan ada empat metode pendidikan dalam menanamkan kebaikan dalam diri manusia. Metode itu terdiri dari: Bheda, Sama, Dana, dan Dhanda.

Bheda

Bheda adalah mencoba untuk mengajari seseorang untuk menjadi lebih baik dengan membandingkannya dengan orang yang lebih unggul. Metode ini merupakan metode awal atau lebih dikenal dengan metode pencegahan dan pendidikan. Metode ini dapat dilakukan secara langsung maupun secara tidak langsung.

Secara langsung, dapat dilakukan dengan menjalin kerjasama dengan orang terkenal yang sudah dikenal oleh masyaraat sebagai orang sukses dan jauh dari korupsi. Orang yang menjadi ikon tersebut selanjutnya ditunjuk sebagai duta kampanye anti korupsi. Beberapa artis, macam Almarhun Crisye, Iwan Fals, atau Ebit G Ade dapat dipilih. Lebih baik lagi jika dapat menggunakan veteran perang kemerdekaan atau tokoh angaktan 40-an yang saat ini masih sehat.

Pada kondisi yang tidak memungkinkan, karena tidak ditemukannya tokoh yang memenuhi kriteria sukses dan bebas korupsi (baik artis, politisi, maupun pengsaha), methode Bheda dapat dilakukan secara tidak langsung. Maksudnya, penunjukkan ikon bebas korupsi dibebankan pada tokoh fiktif. Ini dapat dilakukan dengan menciptakan tokoh fiktif macam Si Doel Anak Sekolahan yang anti suap saat memeriksa proposal proyek di kantornya.

Sama

Sama adalah mencoba untuk menyadarkan seseorang dari kekeliruan dengan menggunakan kata-kata yang halus. Metode ini juga masih termasuk dalam metode prefentif, yaitu usaha pencegahan dan pendidikan.

Dalam metode ini, tindakan kampanye anti korupsi tetap menjadi jalan utamanya. Namun kampanye dilakukan lebih mengkhusus dan lebih dalam program langsung, dibandingkan dengan pada metode Bheda. Jika pada mhetoda Bheda dilakukan dengan pencitraan tokoh ideal dan pempublikasiannya kepada masyarakat, sedangkan pada Sama telah dilakukan “semacam” program sosialisasi. Program sosialisasi ini dapat berupa penyisipan dalam kurikulum sekolah, seminar-seminar, talk show di TV, acara lomba tulisan anti Korupsi, dan berbagai kegiatan lain. Intinya kegiatan pada methoda ini adalah mengajak masyarakat agar mau menyempatkan diri untuk berpikir mengenai korupsi dengan berbagai ketidak benarannya.

Dana

Dana yang merupakan methode ketiga, adalah berusaha membuat orang menjadi baik dengan cara memberikan hadiah atau harta benda. Methode ini sesungguhnya kurang baik untuk diterapkan, karena agak kekanak-kanakan. Namun dalam dunia yang materialis macam ini, dalam batas tertentu methode ini dapat diterima sebagai suatu kewajaran. Apalagi mengingat banyak pihak yang mengatakan korupsi terjadi karena di negeri ini pendapatan finansial seorang birokrat relatif rendah. Mereka memberi contoh, seorang kepala dinas yang membawahi 2000 orang dengan juga memiliki tanggung jawab kebijakan, hanya mendapat tunjangan 1 juta-an. Kalau di tempat lain, manajer selefel itu paling tidak mendapat gaji pokok saja 10 juta-an.

Padam massa pemerintahan Presiden Abdurahman Wahid, beliau pernah mengeluarkan kebijakan menaikkan pendapatan semua personel birokrat. Mulai Pegawai IVE (dirjen) sampai pegawae IA (tukang kebun) dinaikkan gajinya. Salah satu alasan utama beliau saat itu adalah untuk meningkatkan kesejahteraan, sehingga mengurangi keinginan korupsi.

Dalam beberapa sisi, pandangan ini dapat diterima. Karena dengan kesejahteraan yang lebih baik, para birokrat itu tidak akan lagi memikirkan cara lain untuk memenuhi kebutuhan keluarganya selain dari gajinya.

Dhanda

Sebagai methode trakhir, Dhanda sesungguhnya adalah jalan yang tidak diharapkan untuk dilakukan. Namun jika tiga jalan prefentif di muka tidak dapat juga menyadarkan orang akan keburukan korupsi, dengan sangat terpaksa mesti ditempuh methoda Dhanda. Dhanda adalah cara menyadarkan orang akan kebaikan dengan mengenakan hukuman dan harus dilaksanakan ketika ketiganya telah gagal.

Berbagai bentuk hukuman dapat diberikan, sesuai dengan berat-tidaknya kesalahan yang dilakukan. Yang terpenting dalam pemberian hukuman adalah adanya kesadaran bahwa hukuman itu akan memberikan kesadaran dan dikemudian hari sang terhukum tidak lagi mengulangi kesalahannya.

Dalam kasus korupsi, pemberian hukuman yang berimbang adalah sebuah kewajiban jika perbuatan korupsi telah terjadi. Namun untuk pemberian hukuman mati rasanya agak sulit diterima. Kesulitan penerimaan penulis didasari atas pertimbangan:

  1. Siapa yang berwenang menentukan umur seseorang?
  2. Jika sudah mati, maka dimana ada efek kesadaran dan kesempatan memperbaiki diri?
  3. Sudahkah negara melakukan pendidikan dengan lengkap (Bheda, Sama, Dhana)?

Dengan pertimbangan itu, hidup penulis pikir hukuman seumur hidup adalah hukuman terberat yang dapat diberikan.

Lebih dari itu semua, perlu juga diingat pesan terakhir Bhisma pada Yudistira di akhir perang Baratayudha. Raja (negara) adalah ayah dari rakyat. Kadang ayah harus sedikit tega dalam menghukum, namun tetap mengingat bahwa mereka adalah anak-anak-nya.

Sabtu, 02 Agustus 2008

Dampak UN

Hiruk-pikuk pelaksanaan ujian nasional (UN) telah usai dan tahun ajaran baru dimulai lagi pada pertengahan Juli ini. Tanpa upaya untuk mengkritik dan mengevaluasi kebijakan UN serta menindaklanjuti hasilnya, kita akan kehilangan momentum upaya perbaikan mutu pendidikan. Tahun depan, UN kembali menjadi peristiwa tahunan paling dramatis dalam dunia pendidikan, tanpa menyentuh esensi perbaikan dan pemerataan mutu pendidikan sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945.

Dengan menyimak hasil UN 2008 untuk tingkat SMA/MA/SMK dan tingkat SMP/MTs/SMP terbuka, yang tahun ini angka ketidaklulusan secara nasional meningkat, paling tidak ada dua isu pokok yang patut dikritik, direnungkan, dan dipertanyakan. Pertama, masih perlukah kebijakan penyelenggaraan UN tetap dilaksanakan? Kedua, efektifkah hasil UN bagi upaya perencanaan peningkatan mutu pendidikan? Diperlukan kebijakan semua pihak yang terlibat dalam perumusan mutu pendidikan untuk kembali duduk bersama memikirkan langkah-langkah yang strategis dan adil dalam merumuskan solusi tentang UN ke depan.



Ketidakadilan proses dan hasil

Menurut BSNP, kelulusan UN siswa SMA/MA/SMK tahun ini turun 0,94% dari 93,34% menjadi 91,73%. Adapun kelulusan UN tingkat SMP/MTs/SMP terbuka turun 0,59% menjadi 92,75% (Kompas, 20/06/08). Kalau dikalkulasi, dari total peserta UN SLTA sebanyak 2,1 juta ditambah siswa SLTP sebanyak 3,3 juta siswa, total peserta UN sebanyak 5,4 juta siswa. Diperkirakan, siswa yang tidak lulus UN tahun ini sekitar 500 ribu siswa.

Memang dalam sistem tes apa pun pasti akan menimbulkan korban. Karena pada akhirnya tes akan menghasilkan kelompok yang lulus dan tidak lulus, the best and the rest, serta kelompok terpilih dan tidak terpilih. Sepanjang sistem itu dilaksanakan secara adil dan mengandung tujuan yang jelas, sistem seleksi itu menjadi hal yang bisa diterima sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Tetapi ketika sistem itu dijalankan dalam situasi dan kondisi yang tidak adil, akan menghasilkan berbagai bentuk ketidakadilan.

Ketika UN dijadikan alat penentu kelulusan siswa secara nasional dalam kondisi disparitas kualitas pendidikan yang masih menganga lebar adalah sebuah ketidakadilan. Disparitas kualitas masih ada, terjadi antara sekolah di daerah maju dan pinggiran, antara sekolah negeri dan swasta, antara sekolah di perkotaan dan daerah terpencil, serta antara sekolah yang maju dan terbelakang. Tentu saja hasil UN akan membawa dampak yang serius baik bagi siswa yang tidak lulus, guru maupun sekolah yang tingkat kelulusannya rendah. Beberapa dampak negatif sebagai hasil kebijakan UN yang dipaksakan di antaranya adalah sebagai berikut.

Pertama, UN telah berlaku tidak adil terhadap siswa yang menjalani proses pendidikan di sekolah yang masih tertinggal, miskin sarana prasarana, ketiadaan guru yang profesional, proses belajar-mengajar seadanya, dan keterbatasan akses terhadap sumber belajar. Mereka dipaksa untuk bisa menghasilkan nilai yang sama dengan siswa dari sekolah yang sudah maju, fasilitas lengkap, guru memadai, dan punya akses yang luas terhadap resources. Input dan proses yang berbeda akan menghasilkan output yang berbeda pula. Siswa dengan latar belakang ekonomi keluarga kuat akan mampu membayar bimbingan belajar di luar sekolah dan mampu menyediakan buku serta bahan ajar yang memadai sehingga kemungkinan untuk lulus UN menjadi lebih besar. Sementara itu, siswa dari keluarga miskin akan mengalami kesulitan membayar bujet ekstra untuk bimbingan belajar di luar sekolah dan tidak mampu menyediakan buku dan bahan ajar lainnya. Karena itu, kemungkinan lulus menjadi lebih kecil.

Hasil UN telah mendiskriminasi siswa yang tidak lulus untuk masuk pada pendidikan yang bagus pada jenjang berikutnya. Siswa SLTA yang ikut jalur UNPK mengalami masalahnya sendiri, karena Perguruan Tinggi Negeri tidak bersedia menerima Ijazah persamaan paket C, demikian juga dengan siswa SLTP yang ikut jalur UNPK paket B mereka juga tidak bisa masuk sekolah SMA yang bagus. Disamping itu juga terjadi stigmatisasi siswa yang tidak lulus sebagai kelompok siswa yang gagal dan 'bodoh', mereka akan menangggung beban psikologis dan sosial yang cukup berat. Tidak mengherankan ketika hasil UN diumumkan, terjadi beberapa kasus bunuh diri di kalangan siswa yang tidak lulus (Suara Pembaharuan.com, 18/06/08, Riau Today, 08/07/08).

Kedua, UN telah berlaku tidak adil terhadap guru. Di satu sisi, guru adalah ujung tombak pelaksanaan kurikulum pendidikan pada tingkat sekolah. Guru punya kewenangan yang luas untuk melakukan berbagai inovasi pembelajaran dalam mencapai tujuan pendidikan. Di lain pihak, guru tidak dipercaya (distrust) untuk mengevaluasi anak didiknya sebagai hasil akhir pembelajaran. Hal itu akan membawa dampak pada guru. Guru akan lebih suka mengajarkan bagaimana anak lulus tes daripada meningkatkan kualitas pembelajaran. Tekanan menyebabkan guru hanya fokus pada bagian-bagian dari kurikulum yang diperkirakan membuat siswa lulus UN ketimbang pengembangan seluruh potensi anak sebagai capaian menyeluruh dari kurikulum. Dalam jangka panjang, hal itu mungkin akan meruntuhkan fondasi nilai-nilai pendidikan dan pembelajaran yang sesungguhnya dan teredusir menjadi sekadar drilling dan memorising.

Ketiga, hasil UN akan menyegregasi sekolah favorit dan sekolah terbelakang. Sekolah dengan tingkat kelulusan tinggi akan semakin maju karena semakin diminati orang tua siswa yang beramai-ramai menyekolahkan anaknya pada sekolah tersebut. Menjadi menarik ketika ada fenomena sekolah memasarkan sekolahnya dengan mengekspos tingginya capaian hasil UN sebagai daya tarik masuknya siswa baru. Sepertinya hasil UN telah dijadikan jaminan akan bagusnya kualitas pendidikan di sekolah tersebut. Sementara itu, sekolah yang tingkat kelulusannnya rendah akan menjadi semakin terbelakang dan tergilas. Di Jawa Timur, misalnya, sekolah yang tingkat kelulusannnya 0% diimbau untuk segera merger. Artinya, ada upaya yang sistemik terjadinya kanibalisasi antarlembaga sekolah. Padahal selama ini banyak sekolah dibangun atas partisipasi dan kesadaran masyarakat untuk memajukan daerah masing-masing.

Keempat, UN telah menegasikan secara nyata perbedaan kultural (cultural differences) yang menjadi kekayaan lokal dan telah hadir dalam pembelajaran di kelas. Penyeragaman yang dipaksakan melalui UN akan mengembalikan proses pembelajaran yang sentralistik yang tidak mengakomodasi berbagai perbedaan nyata tiap-tiap daerah, budaya lokal, dan kondisi kultural setiap sekolah. Padahal perbedaan kultural merupakan hakikat kedirian bangsa Indonesia yang multikultur. Acuan utama bagi terwujudnya masyarakat yang damai dan kondusif adalah adanya pemahaman ragam budaya yang dikembangkan di sekolah melalui pembelajaran yang mengakui hak budaya komunitas dan golongan minoritas (Ahmad Baedowi, Media Indonesia, 07/07/08).

Hasil UN telah memperlihatkan adanya disparitas kualitas pendidikan yang masih lebar. Sebagai contoh, untuk tingkat SLTP di DKI Jakarta, tingkat kelulusannya mencapai 99,99% atau hanya 15 orang yang tidak lulus. Sementara itu, di NTT tingkat kelulusan hanya 46,36%. Untuk tingkat SLTA juga hampir sama. Disparitas kualitas terjadi sangat tajam, bahkan di beberapa daerah banyak SMA yang tingkat kelulusannya 0%. Di Sulteng, misalnya, ada sekitar 21 SMA yang tidak meluluskan siswanya sama sekali dalam UN.

Jika hasil UN itu dijadikan indikator untuk memotret kelemahan dalam praksis pendidikan, hasil UN bisa menjadi efektif dan sangat dibutuhkan untuk bahan perencanaan dalam mengambil kebijakan menyusun langkah-langkah strategis upaya peningkatan dan pemerataan mutu pendidikan. Dengan demikian, gap mutu yang masih terjadi selama ini bisa diperkecil.

Tampaknya, walaupun UN telah dilaksanakan sejak beberapa tahun lalu, hasil UN yang memberikan indikasi kondisi nyata pendidikan tidak banyak ditindaklanjuti. Nyatanya, sekolah yang lima tahun lalu terbelakang tetap saja semakin terpinggirkan dan tetap tidak mampu meluluskan siswanya dalam UN tahun ini. Kebijakan UN telah menimbulkan lebih banyak dampak negatif ketimbang dampak positif. Sepatutnya pemerintah mempertimbangkan kembali kebijakan pelaksanaan UN dengan mengevaluasi secara jujur dan jernih serta berorientasi pada peningkatan mutu pendidikan yang sesungguhnya. Akan lebih adil jika kewajiban pemerintah terlebih dahulu dilaksanakan dengan membenahi dulu kondisi real pendidikan dan mempersempit disparitas kualitas pendidikan yang ada sebelum memaksa siswa dan guru memenuhi kewajiban untuk mencapai nilai UN yang dikehendaki.

Perlukah Agama Ikut UN

Ketika membuka Pekan Keterampilan dan Seni Pendidikan Agama Islam di Jakarta beberapa hari lalu, Menteri Agama M Maftuh Basyuni menegaskan perlunya penambahan jam pelajaran agama di sekolah-sekolah agar memberikan dampak positif bagi anak didik di masa datang. Selain itu, dalam beberapa diskusi di kalangan guru agama di sekolah, aspirasi untuk menjadikan agama sebagai mata pelajaran yang diujikan dalam ujian nasional (UN) juga mengemuka. Alasan yang dikemukakan antara lain mata pelajaran agama terkait langsung dengan tujuan pendidikan nasional seperti tertulis dalam Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3, yaitu "...untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Mahaesa, berakhlak mulia..."

Alasan lainnya adalah upaya untuk meningkatkan apresiasi siswa dalam menekuni pelajaran agama yang selama ini sering kali dianggap sepele. Hal itu sejalan dengan keluhan para guru agama bahwa pelajaran agama bukan hanya kurang diminati, lebih dari itu perhatian yang dicurahkan siswa juga kecil. Dengan memasukkan mata pelajaran agama sebagai bagian dari UN, diasumsikan akan meningkatkan perhatian siswa. Akan tetapi, jangan terburu-buru dipahami bahwa siswa sekolah menyepelekan agama. Itu semata-mata karena siswa memandang sekolah bukan satu-satunya tempat belajar agama. Mereka dapat mempelajarinya di tempat lain, seperti di pengajian dan organisasi remaja masjid.

Dengan meng-UN-kan pelajaran agama, diharapkan akhlak mulia para siswa juga meningkat, baik sebagai basis bagi siswa dalam membangun perilaku sosial maupun sebagai benteng pengaruh buruk globalisasi. Hal itu sejalan dengan pandangan kalangan agamawan bahwa pendidikan agama selama ini kurang berpengaruh terhadap perilaku sosial siswa. Mereka membuktikan dengan menunjuk masih ditemukannya siswa yang terlibat dalam tawuran, gang, narkoba, dan sebagainya. Benarkah tujuan tersebut dapat dicapai dengan meng-UN-kan agama?



Sejarah berlanjut

Isu tentang pelajaran agama sebagai mata pelajaran wajib atau sukarela sesungguhnya telah mengemuka sejak awal kemerdekaan. Isu itu pertama kali muncul dalam rapat-rapat Panitia Penyelidik Pengadjaran (PPP). Panitia itu dibentuk pada 1946 di bawah pimpinan Ki Hadjar Dewantoro dengan sekretaris Soegarda Poerbakawatja. Anggota PPP berjumlah 52 orang yang terdiri dari wakil-wakil organisasi sosial-kemasyarakatan yang dikenal aktif dalam pendidikan. Salah satu isu yang menyulut diskusi panas di kalangan peserta waktu itu adalah soal kedudukan pelajaran agama di sekolah-sekolah umum. Pertanyaan krusialnya adalah apakah pelajaran agama di sekolah umum bersifat wajib, menjadi syarat kenaikan kelas dan kelulusan, atau hanya menjadi mata pelajaran yang bersifat anjuran dan pilihan.

Terdapat dua pandangan yang berkembang waktu itu. Pertama antara lain disuarakan Prawoto Mangunsasmito, wakil kelompok Islam. Ia mengusulkan, "Peladjaran agama, terutama Islam, harus menjadi verplicht leervak (diwajibkan) untuk penganut-penganutnja." Kedua, disuarakan Sarmidi Mangunsarkoro, yang waktu itu duduk sebagai Menteri Pendidikan dan Pengadjaran. Ia menggarisbawahi pentingnya pendidikan agama di Indonesia, tetapi menolaknya sebagai mata pelajaran wajib di sekolah-sekolah umum. Ia berargumen bahwa pendidikan agama akan lebih tepat diberikan di dalam lingkungan keagamaan yang baik dan diberikan oleh ulama atau pendeta (Dasar Pendidikan dan Pengdjaran, h 139-140).

Setiap wakil organisasi mengajukan argumen yang mendukung atau menolak salah satu pihak di atas. Bila dilihat dari jalan kompromi yang ditempuh, tampak bahwa kelompok pertama --yang ingin menjadikan pelajaran agama sebagai mata pelajaran wajib-- kurang mendapatkan dukungan. Keputusan yang diambil berbunyi "[D]alam sekolah-sekolah Negeri diadakan peladjaran agama, orang tua murid menetapkan apakah anaknja mengikuti mata peladjaran tersebut (Pasal 20, Ayat 1, UU No 12, 1954)." Sementara itu, materi dan guru agama diserahkan kepada Menteri Agama. Itu mengandung arti bahwa mata pelajaran agama bersifat voluntary dan tidak menentukan kenaikan kelas meskipun sekolah harus tetap menyelenggarakan pendidikan agama.

Kompromi yang dihasilkan tampaknya tidak memuaskan semua pihak. Barangkali karena itulah pada setiap momen diskusi tentang perumusan sistem pendidikan nasional pertanyaan apakah pelajaran agama di sekolah umum itu bersifat wajib, menjadi syarat kenaikan kelas dan kelulusan, atau hanya menjadi mata pelajaran yang bersifat anjuran dan bersifat pilihan masih terus-menerus disuarakan. Itu antara lain tampak dalam rapat-rapat perumusan UU No 2 1989 dan UU No 20, 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam UU terakhir, pendidikan agama mengalami perubahan besar jika dibandingkan dengan sebelumnya. Dikatakan, setiap siswa mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianut dan diajarkan pendidikan seagama (Bab V, Pasal 12, ayat 1). Dapat diperkirakan, rangkaian peristiwa tersebut menjadi latar belakang munculnya aspirasi memasukkan mata pelajaran agama dalam UN. Itu sekaligus pula menjustifikasi ucapan Ki Hadjar Dewantara, "Agama di dalam pengajaran di sekolah adalah soal lama dan terus-menerus menjadi persoalan yang sulit (1977)."



Formalisasi

UN, yang dilaksanakan sejak 2002/2003 masih menimbulkan diskusi hangat di kalangan ahli pendidikan. Sebagian menolaknya dengan berbagai alasan. Antara lain mereka memandang bahwa UN tidak sejalan dengan Pasal 58 ayat 1 UU No 20, 2003 yang berbunyi, "Evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan pendidik untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan." Pasal itu jelas menyatakan kewenangan melakukan evaluasi hasil pendidikan terletak pada pendidik. Merekalah yang mengetahui secara keseluruhan dan secara berkesinambungan proses belajar-mengajar yang berlangsung di sebuah sekolah.

Lepas dari diskusi tentang UN yang tampaknya akan masih terus berlangsung, memasukkan pelajaran agama dalam UN bukan merupakan solusi. Beberapa pertimbangan dapat dikemukakan. Pertama, memasukkan pelajaran agama UN akan semakin menambah beban siswa. Kenyataan bahwa prestasi siswa dalam UN secara umum masih kurang, menambahkan mata pelajaran sama halnya dengan menambah beban siswa. Salah satu kritik yang dilontarkan para ahli pendidikan adalah terlalu gemuknya kurikulum pendidikan di Indonesia, misalnya dibandingkan dengan sekolah-sekolah di luar negeri. Siswa Indonesia mempelajari kompetensi yang disyaratkan sesuai dengan jenjang pendidikannya, seperti bahasa Indonesia, bahasa Inggris, matematika, ilmu alam, ilmu sosial, dan kewarganegaraan. Itu pun masih ditambah pelajaran agama, dalam hal Islam seperti di madrasah, pelajaran agama bahkan mencakup ilmu Alquran, hadis, fikih, tarikh, akidah, dan akhlak.

Kedua, mata pelajaran agama di sekolah lebih menekankan aspek keyakinan dan etika daripada ilmu pengetahuan. Karena itu, yang harus menjadi perhatian para pendidik bukan pada akumulasi pengetahuan agama yang kemudian diujikan, melainkan lebih kepada penghayatan dan praktik beragama. Pelajaran agama harus diarahkan untuk membentuk kepribadian siswa agar sejalan dengan tujuan pendidikan nasional di atas.

Ketiga, masih kelanjutan yang kedua, meng-UN-kan pelajaran agama akan mengajak siswa untuk memahami agama dari aspek formalisme semata-mata. Aspek penghayatan dan spiritualitas agama yang merupakan tujuan utama pendidikan agama akan semakin terkikis. Agama akan muncul sebagai pengetahuan belaka. Itulah barangkali yang mendorong kritik terhadap pendidikan agama bermunculan. Kyai Sahal Mahfudz, Ketua MUI dan Rais Am NU, misalnya, mengatakan pendidikan formal agama di sekolah gagal karena belum memengaruhi sistem etika dan moral peserta didik (2003).

Keempat, rumusan standar kompetensi pelajaran agama —khususnya Islam— memang sangat komprehensif untuk tidak mengatakannya sangat idealis. Dikatakan, pelajaran agama diberikan "... dengan landasan Alquran dan sunah Nabi Muhammad SAW, siswa beriman kepada Allah SWT, berakhlak mulia (berbudi pekerti luhur) yang tecermin dalam perilaku sehari-hari dalam hubungannya Allah, sesama manusia, dan alam sekitar, mampu membaca dan memahami Alquran, mampu beribadah dan bermuamalah dengan baik dan benar, serta mampu menjaga kerukunan intern dan antarumat beragama. (kurikulum 2004). Rumusan demikian justru membantu memberikan arah dan penjelasan bahwa pelajaran agama tidak dapat di-UN-kan.

Dengan demikian, yang dibutuhkan bukan meng-UN-kan pelajaran agama. Melainkan, mencari sebuah terobosan bagaimana menjadikan pelajaran agama sebagai interiorisasi nilai-nilai luhur yang terkandung dalam ajaran agama, bukan malah memformalkannya. Tampaknya kita masih membutuhkan penelitian lanjutan tentang relasi dan pengaruh pelajaran agama dan perilaku siswa, termasuk memersepsi agama lain.



Oleh Arief Subhan

Dosen UIN Jakarta dan Peneliti INSEP

Rabu, 30 Juli 2008

Mengapa Harus Sekolah 2

Hari ini saya sedang segar nih. apalagi kebetulan sedang ngikuti BINTEK KTSP. Jadi klop deh saya bakal ngomong KTSP hari ini.
Membuat sekolah yang dapat menjawab pertanyaan tentang mengapa kita harus bersekolah kiranya dapat ditempuh dengan penerapan KTSP. Dalam KTSP sekolah memiliki sedikit rung (40%) untuk menetukan kegiatan pembelajaran di dalam sekolah.
Yang paling untung sekolah memiliki kesempatan untuk menentukan pelajaran muatan lokal. melalui pelajaran ini sekolah dapat mengajarkan materi "berguna" kepada siswa. Ya kalau sekolahnya misalnya dekat Tanah Abang, sekolah dapat mengajarkan cara memilih bahan tekstil. Kalau sekolahnya dekat hutan di Kalimantan, ya sekolah dapat ngasi pelajaran muatan lokal, cara memelihara hutan dan bersahabat dengan hutan.
Selain penentuan muatan lokal, sekolah juga memiliki kebebasan untuk menentukan metode pembelajaran. dengan memeilih metode pembelajran yang familiar dengan siswa, tentu siswa akan merasakan sekolah menjadi lebih berarti. misalnya saja, saat ini ada beberapa sekolah yang memaksakan diri untuk membuat siswanya mencari informasi dari internet, padahal anak-anak belum familiar dengan internet. kan susah jadinya. Ya kalau siswa masih terbiasa dengan surat, buku, dan koran, ya wong dibiarkan saja mereka belajar dengan mencari informasi dari koran dan buku.
Rejeki lain dari KTSP, sekolah dapat menentukan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal)sendiri. Artinya sekolah dapat menentukan seberapa dalam seorang anak dituntut untuk belajar pada mata pelajaran tertentu. Sebagai contoh, jika sekolah ada di gunung dan siswa tidak pernah melihat laut, maka sekolah pada mata pelajaran biologi KD kelautan dapat menentukan KKM 6, sedangkan pada KD kehutanaan menentukan KD 8. Jadi erserah sekolahlah.
Hari ini cukup demikian dulu ya, soalnya waktu sempit nih. ini juga pas istirahat minum kopi. Saya mau ngopi dulu. Selamat Belajar.

Selasa, 22 Juli 2008

Apa Gunanya Bersekolah

Memang sangat susah kalau memikirkan apa gunanya sekolah. Pernah, dulu, denger orang bilang " buat apa sekolah toh presiden masih hidup, menteri masih sehat, mau ganti siapa?". Ya memang begitulah pola pikir orang kita tentang sekolah. mereka pikir sekolah untuk bisa mencari pekerjaan yang gampang, banyak uang, dan dapat pensiunan. Lalu jiak tidak demikian, apa gunanya sekolah?
Sebagai guru yang bertugas di desa (Seraya) pengetahuan akan hal ini sangat penting. bisa mengungkapkan apa guna sekolah, adalah syarat mutlak untuk dapat "merayu" orang tua siswa agar bersedia menyekolahkan anaknya. maklum ppenulis bertugas di skeolah baru, yang dulunya, 80% tamatan SMP tidak melanjutkan. Jadilah penulis mencoba untuk mencari-cari jawaban yang, benar, baik, ringkas, tetapi dapat dimengerti oleh orang desa yang tidak tamat SD.
Bisa sajasih penulis menggunakan alasan, sekolah penting untuk masa depan, mencerdaskan bangsa, memajukan kesejahteraan umum, meningkatkan harkat bangsa, dan banyak lagi alasan lain yang diambil dari buku teks PPKn, yang penulis sendiri tidak ngerti betul artinya. bisa saja itu dikatakan pada mereka. saat kita bicara mereka pasti akan manggut-manggut dan ngaku ngerti, tapi setelah kita pergi meeka malah tambah pusing dan pastinya tambah " merasa bodoh".
Dari itu sekolah harus berusaha merumuskan tujuan yang operasional dari apa tujuan bersekolah di tempat itu. dalam kasus saya, saya harus merumuskan tujuan operasional mengenai guna bersekolah bagi masyarakat Seraya.
Kami harus menyiapkan jawaban yang mengena, misalnya saja, ini misalnya:
  1. sekolah untuk dapat lebih banyak menangkap ikan (sebagain penduduk adalahnelayan)
  2. sekolaha kan dapat membuat dapat berjualan lebih banyak (sebagian penduduk berdagang)
  3. sekolah akan dapat membuat menjual anyaman dengan lebih mahal (ada yang berprofesi pengerajin ata)
  4. dan lain sejenis.
Tapi susah juga sih kalau pingin kayak gitu banget. Kami kan sekolah umum. Jadi kami juga harus merumuskan tujuan itu agar terbentuk kompromi yang baik antara kurikulum sekolah umum dengan tujuan praktis di lapangan. Sukur juga saat ini main set kurikulum telah menggunakan KTSP, tapi kok rasanya susah juga ya.
Saat ini sampai sini dulu sudah pusing, kapan-kapan tak lanjutin.

Minggu, 13 Juli 2008

ATLANTIS









Lihat pada gambar,Menurut Kisah dari Plato,disitulah letak dari Benua Atlantis



Legenda yang berkisah tentang "Atlantis", pertama kali ditemui dalam karangan filsafat Yunani kuno:
Dua buah catatan dialog Plato (427-347 SM) yakni: buku Critias dan Timaeus.

Pada buku Timaeus, Plato berkisah: Di hadapan "Selat Mainstay Haigelisi, ada sebuah pulau yang sangat besar, dari sana kalian dapat pergi ke pulau lainnya, di depan pulau-pulau itu adalah seluruhnya daratan yang dikelilingi laut samudera, itu adalah kerajaan Atlantis. Ketika itu Atlantis baru akan melancarkan perang besar dengan Athena, namun di luar dugaan Atlantis tiba-tiba mengalami gempa bumi dan banjir, tidak sampai sehari semalam, tenggelam sama sekali di dasar laut. negara besar yang mempunyai peradaban tinggi itupun lenyap dalam semalam."

Satu bagian dalam dialog buku Critias, tercatat kisah Atlantis yang dikisahkan oleh adik sepupu Critias.
Critias adalah murid dari ahli filsafat Socrates , tiga kali ia menekankan keberadaan Atlantis dalam dialog.Kisahnya berasal dari cerita lisan Joepe yaitu moyang lelaki Critias, sedangkan Joepe juga mendengarnya dari seorang penyair Yunani bernama Solon ( 639-559 SM). Solon adalah yang paling bijaksana di antara 7 mahabijak Yunani kuno, suatu kali ketika Solon berkeliling Mesir, dari tempat pemujaan makam leluhur mengetahui legenda Atlantis. Catatan dalam dialog, secara garis besar seperti berikut ini:

"Ada sebuah daratan raksasa di atas Samudera Atlantik arah barat Laut Tengah yang sangat jauh, yang bangga dengan peradabannya yang menakjubkan. Ia menghasilkan emas dan perak yang tak terhitung banyaknya: istana dikelilingi oleh tembok emas dan dipagari oleh dinding perak. Dinding tembok dalam istana bertakhtakan emas,cemerlang dan megah. Di sana, tingkat perkembangan peradabannya memukau orang. Memiliki pelabuhan dan kapal dengan perlengkapan yang sempurna, juga ada benda yang bisa membawa orang terbang. Kekuasaannya tidak hanya terbatas di Eropa, bahkan jauh sampai daratan Afrika. Setelah dilanda gempa dahsyat,tenggelamlah ia ke dasar laut beserta peradabannya, juga hilang dalam ingatan orang-orang."

ATLANTIS digambarkan sebagai peradaban dengan tingkat kemajuan teknologi yang tinggi.Konon,Pesawat Terbang,Pendingin ruangan,batu baterai,dll telah ada pada masa itu


Penyelidikan Arkeolog
Menurut perhitungan versi Plato, waktu tenggelamnya kerajaan Atlantis, kurang lebih 11.150 tahun silam. Plato pernah beberapa kali mengatakan, keadaan kerajaan Atlantis diceritakan turun-temurun. Sama sekali bukan rekaannya sendiri. Plato bahkan pergi ke Mesir minta petunjuk biksu dan rahib terkenal setempat waktu itu. Guru Plato yaitu Socrates ketika membicarakan tentang kerajaan Atlantis juga menekankan, karena hal itu adalah nyata, nilainya jauh lebih kuat dibanding kisah yang direkayasa.

Jika semua yang diutarakan Plato memang benar-benarnyata, maka sejak 12.000 tahun silam, manusia sudah menciptakan peradaban. Namun di manakah kerajaan Atlantis itu? Sejak ribuan tahun silam orang-orang menaruh minat yang sangat besar terhadap hal ini. Hingga abad ke-20 sejak tahun 1960-an, laut Bermuda yang terletak di bagian barat Samudera Atlantik, di kepulauan Bahama, dan laut di sekitar kepulauan Florida pernah berturut-turut diketemukan keajaiban yang menggemparkan dunia.


*Suatu hari di tahun 1968, kepulauan Bimini di sekitar Samudera Atlantik di gugusan Pulau Bahama, laut tenang dan bening bagaikan kaca yang terang, tembus pandang hingga ke dasar laut. Beberapa penyelam dalam perjalanan kembali ke kepulauan Bimini, tiba-tiba ada yang menjerit kaget. Di dasar laut ada sebuah jalan besar! Beberapa penyelam secara bersamaan terjun ke bawah, ternyata memang ada sebuah jalan besar membentang tersusun dari batu raksasa. Itu adalah sebuah jalan besar yang dibangun dengan menggunakan batu persegi panjang dan poligon, besar kecilnya batu dan ketebalan tidak sama, namun penyusunannya sangat rapi, konturnya cemerlang. Apakah ini merupakan jalan posnya kerajaan Atlantis?

*Awal tahun '70-an, sekelompok peneliti telah tiba di sekitar kepulauan Yasuel, Samudera Atlantik. Mereka telah mengambil inti karang dengan mengebor pada kedalaman 800 meter di dasar laut, atas ungkapan ilmiah, tempat itu memang benar-benar sebuah daratan pada 12.000 tahun silam. Kesimpulan yang ditarik atas dasar teknologi ilmu pengetahuan, begitu mirip seperti yang dilukiskan Plato! Namun, apakah di sini tempat tenggelamnya kerajaan Atlantis?

*Tahun 1974, sebuah kapal peninjau laut Uni Soviet telah membuat 8 lembar foto yang jika disarikan membentuk sebuah bangunan kuno mahakarya manusia! Apakah ini dibangun oleh orang Atlantis?

*Tahun 1979, ilmuwan Amerika dan Perancis dengan peranti instrumen yang sangat canggih menemukan piramida di dasar laut "segitiga maut" laut Bermuda. Panjang piramida kurang lebih 300 meter, tinggi kurang lebih 200 meter, puncak piramida dengan permukaan samudera hanya berjarak 100 meter, lebih besar dibanding piramida Mesir. Bagian bawah piramida terdapat dua lubang raksasa, air laut dengan kecepatan yang menakjubkan mengalir di dasar lubang.

Piramida besar ini, apakah dibangun oleh orang-orang Atlantis? Pasukan kerajaan Atlan pernah menaklukkan Mesir, apakah orang Atlantis membawa peradaban piramida ke Mesir? Benua Amerika juga terdapat piramida, apakah berasal dari Mesir atau berasal dari kerajaan Atlantis?

*Tahun 1985, dua kelasi Norwegia menemukan sebuah kota kuno di bawah areal laut "segitiga maut". Pada foto yang dibuat oleh mereka berdua, ada dataran, jalan besar vertikal dan horizontal serta lorong, rumah beratap kubah, gelanggang aduan (binatang), kuil,bantaran sungai dll. Mereka berdua mengatakan: "Mutlak percaya, yang kami temukan adalah Benua Atlantik! Sama persis seperti yang dilukiskan Plato!" Benarkah itu?

Yang disayangkan, piramida dasar laut segitiga Bermuda, berhasil diselidiki dari atas permukaan laut dengan menggunakan instrumen canggih, hingga kini belum ada seorang pun ilmuwan dapat memastikan apakah sebuah bangunan yang benar-benar dibangun oleh tenaga manusia, sebab mungkin saja sebuah puncak gunung bawah air yang berbentuk limas.

Foto peninggalan bangunan kuno di dasar laut yang diambil tim ekspedisi Rusia, juga tidak dapat membuktikan di sana adalah bekas tempat kerajaan Atlantis. Setelah itu ada tim ekspedisi menyelam ke dasar samudera jalan batu di dasar lautan Atlantik Pulau Bimini, mengambil sampel "jalan batu" dan dilakukan penelitian laboratorium serta dianalisa.
Hasilnya menunjukkan, bahwa jalan batu ini umurnya belum mencapai 10.000 tahun. Jika jalan ini dibuat oleh bangsa kerajaan Atlantis, setidak-tidaknya tidak kurang dari 10.000 tahun. Mengenai foto yang ditunjukkan kedua kelasi Norwegia itu, hingga kini pun tidak dapat membuktikan apa-apa.

Satu-satunya kesimpulan tepat yang dapat diperoleh adalah benar ada sebuah daratan yang karam di dasar laut Atlantik. Jika memang benar di atas laut Atlantik pernah ada kerajaan Atlantis, dan kerajaan Atlantis memang benar tenggelam di dasar laut Atlantik, maka di dasar laut Atlantik pasti dapat ditemukan bekas-bekasnya. Hingga saat ini, kerajaan Atlantis tetap merupakan sebuah misteri sepanjang masa.
Pernah sekitar thn 2003 lalu, nonton acara di Metro TV yang judulnya Ultimate 10,pada saat itu membahas 10 Tempat Paling Misterius di Dunia,dan ternyata Atlantis duduk pada urutan pertama diatas Misteri Segitiga Bermuda dan Danau Loch (baca artikelku sebelumnya).Dari situ aq baru tahu,klo Atlantis memang Tempat Misterius nomor satu yang membuat orang-orang di dunia penasaran setengah mati.Pada saat penayangan Atlantis,diputar sebuah film dokumenter mengenai pelacakan benua yang hilang tersebut oleh para tim arkeolog.Dan benar,dari apa yang aq saksikan didasar laut perairan dangkal Karibia ditemukan semacam jalan setapak yang sangat panjang dengan struktur yang sangat modern.Selain itu,diperairan tsb juga ditemukan semacam bekas-bekas bangunan yang telah hancur!ya amplop,benarkah benua Atlantis itu pernah ada sebelumnya?



(Source : "Buku Himpunan Peradaban Prasejarah")

UFO


Ditulis oleh Yves Naud dalam bukunya UFOs and extraterrestrials in history


Bagaimanakah, andaikata piring-piring terbang itu merupakan bagian dari salah satu dunia, yang menyamai dunia kita ini?
Kemungkinan itu tidak lepas dari pemikiran para penyelidik, yang berpendapat, bahwa di sesuatu tempat di dunia ini UFOs mempunyai pangkalan yang amat sangat rahasia. Dari pangkalan itu mereka sewaktu-waktu muncul, untuk mengunjungi dan mengamat-amati kita!
Berkenaan dengan dunia lain yang menyamai dunia kita itu, seorang ahli antropologi Amerika, Loren Eiseley, menguraikan suatu ceritera aneh. Suatu ceritera mengenai pertemuan antara seekor burung gagak dan sesuatu, yang diperkirakan merupakan seorang manusia terbang. Eiseley menulis sebagai berikut:

“Menjumpai suatu dunia lain bukanlah semata-mata merupakan suatu kejadian Khayalan belaka. Hal itu dapat terjadi pada manusia, dan kadang-kadang juga pada binatang. Batas antara dunia kita dan dunia lain itu bergeser atau saling bertautan, dan kalau kita berada di batas itu pada waktu terjadinya pergeseran atau pertautan, kita akan mengalami hal yang aneh. Saya melihat hal itu terjadi pada seekor burung gagak, burung itu tetangga saya. Saya tidak pernah mengganggunya, akan tetapi dia sangat berhati-hati, dan tetap tinggal di puncak pohon-pohon, atau terbang tinggi menghindari manusia.
Dunianya mulai pada tempat, yang tak dapat dijangkau oleh penglihatan saya. Pada suatu pagi, daerah kami diliputi oleh kabut, yang luar biasa tebalnya. Saya harus
mengira-ngira jalan saya ke stasiun kereta api. Dengan sangat tiba-tiba, pada ketinggian mata saya, muncullah dua buah sayap hitam kelam dengan didahului sebuah paruh besar, dan keseluruhannya itu tadi lewat secepat kilat, dengan mengeluarkan teriakan yang sangat mengerikan, sehingga saya menjadi takut. Suara teriakan itu terus mengganggu saya sepanjang hari; rupa-rupanya ada yang ditakuti oleh burung itu.

Saya mengawasi diri saya di dalam cermin, untuk mengetahui apakah kiranya demikian menakutkan pada diri saya. Akhirnya saya mengerti. Batas antara dunia kita dan dunia lain itu bergeser karena kabut! Burung gagak itu, yang mengira bahwa dia sedang terbang pada ketinggian yang biasanya, tiba-tiba dikejutkan oleh suatu pemandangan. Baginya, pemandangan itu sangat bertentangan dengan kebiasaan yang dia ketahui! Dia telah melihat seorang manusia berjalan di udara, di dalam daerah dunia si burung gagak itu. Dia telah berjumpa dengan suatu wujud, yang amat sangat ganjil baginya, dia telah melihat manusia terbang!
Sekarang, kalau dia dari atas melihat saya, dia berteriak kecil, dan mengenal suara, yang ragu-ragu itu, sebagai teriakan makhluk yang dunianya telah goyah. Dia sudah tidak sama lagi seperti burung gagak yang lain-lainnya”.

Apakah UFOs Mengancam Planet Kita?

Dalam menolak untuk mengakui adanya bukti-bukti mengenai UFOs, apakah kita tidak sudah menunjukkan rasa takut kita dalam persoalan "Pergeseran batas", walaupun secara bingung? Apakah itu disebabkan karena ketakutan kita terhadap apa yang belum kita ketahui? Mungkin, secara tidak sadar, kita tertawakan kejadian itu karena kita tidak dapat mengertinya, dan juga karena kita ingin mengelilingi dunia kita dengan suatu dinding, untuk melindungi diri kita dari ganggguan hantu-hantu itu, yang datang dari tempat lain yang tidak kita ketahui.

"Penolakan terhadap kejadian nyata, yang tidak kita mengerti, tidak pernah dapat mengembangkan ilmu pengetahuan sedikitpun juga", demikianlah akhli perbintangan terkenal, Camille Flammarion, menulis.
Sebenarnya sudah banyak sarjana, yang merasa tertarik pada persoalan UFO, misalnya orang-orang seperti Allen Hyneck dan James MacDonald, dua orang konsultan teknik pada komisi penyelidikan Angkatan Udara Amerika Serikat. Dr. Allen Hyneck, Direktur Observatorium Darborn, dekat Detroit, yang mengikuti pendapat para sarjana kuno, mula-mula menolak adanya UFOs sebagai kenyataan, akan tetapi setelah penyelidikan-penyelidikannya, dia merubah sikapnya mulai tahun 1965, karena sangat banyaknya laporan-laporan yang memerinci, yang disampaikan kepadanya. Dan beberapa tahun kemudian, dia menyatakan pendapatnya secara resmi, bahwa "piring terbang" memang benar-benar ada, dan bahwa benda itu merupakan kendaraan angkasa luar, yang datang dari dunia lain yang juga berpenghuni. Malahan lebih daripada itu, dalam tahun 1972, di Universitas Northwestern, dia mengadakan kursus, yang pertama di dunia ini, mengenai UFOs.

Seperti halnya Allen Hynek, James MacDonald juga merasa yakin tentang adanya "piring terbang" itu. Menghadapi penolakan tentang adanya UFOs, yang dilakukan oleh Komisi Penyelidikan Amerika-penolakan, yang nantinya akan kita bahas-MacDonald tidak ragu-ragu untuk mengajukan permohonan. Di depan Komisi Ruang Angkasa dari PBB dia berseru sebagai berikut:

“Kepada para sarjana, yang menolak adanya kenyataan ilmiah tentang adanya UFOs, saya mohon dengan sangat untuk mau menunjukkan kemurahan hati. Bukti-bukti, yang terkumpul selama beberapa tahun ini adalah mengagumkan. Ancaman UFOs terhadap bumi kita bukanlah merupakan suatu soal khayalan ilmiah, atau suatu khayalan menakutkan, semuanya adalah benar dan nyata."
Dicopy dari :
http://ada-1.blogspot.com

Penculikan Oleh UFO

BANDUNG - "Suatu malam, pada 1978, Pak Kerton bermimpi dirinya didatangi makhluk-makhluk kecil yang membawanya naik ke sebuah pesawat yang besar menyerupai piring terbang."

Kisah tentang penculikan perupa Sudjana Kerton--72 tahun, meninggal pada 1994--oleh unidentified flying object (UFO, alias benda terbang tak dikenal) tergantung di salah satu dinding Sanggar Luhur, Studio-Galery & Arwork, di Bukit Pakar, Dago Atas, Bandung, Jawa Barat. Tak sekadar keterangan tertulis, tapi juga dilengkapi lukisan tentang sosok UFO di mata Kerton. Walhasil, bagi siapa saja yang mampir ke situ dan mengikuti pengalaman Sudjana, tak ayal, mereka bakal dihinggapi setumpuk pertanyaan dari A-Z tentang UFO: "Binatang" apa pula itu UFO? Kenapa mereka menculik manusia?

Pertanyaan yang kurang-lebih sama terlontar dalam diskusi bertajuk "Ngobrolin Misteri UFO", di galeri IF Venue, Jalan Muhammad Ramdhan, Bandung, Sabtu pekan lalu. Sore itu, Fan Fan F. Darmawan, 29 tahun, anggota International Society for UFO Studies, bagi-bagi cerita di hadapan 30-an remaja. Obrolannya santai, sembari diselingi segelas minuman tradisional bajigur. "UFO menjadi satu jenis 'kegilaan' yang menjangkiti manusia modern saat ini," kata Fan Fan, membuka pembicaraan.

Menurut sejumlah sumber, informasi tentang UFO tertua tercatat muncul sejak zaman Mesir Kuno, 1.500 tahun Sebelum Masehi. Kisah itu tertulis dalam buku harian Thutmosis III (Firaun Mesir kuno, dinasti ke-18, 1504-1450 SM). Setelah itu, sejumlah kasus yang mengindikasikan kehadiran UFO juga terus terjadi. Namun, kegilaan massal manusia modern dimulai ketika dikabarkan ada UFO jatuh di Roswell-New Mexico, pada awal Juli 1947. Informasi yang ada menyebut, benda terbang tak dikenal itu--penyelidik UFO Senior Indonesia, Marsekal Muda TNI (Purn.) J. Salatun, menyebut UFO dengan Beta, Benda Terbang Aneh--tidak berbentuk piring terbang, tapi berupa segitiga (triangle UFO).

BETA-UFO, Surabaya, organisasi pengamat masalah UFO di Indonesia, menyebut, permukaan pesawat yang jatuh itu menggunakan logam seperti bersisik dengan bahan logam mirip bismuth. Sejauh ini, pesawat UFO itu diduga menggunakan propulsi dengan bakar metana cair. Dalam kejadian itu, ditemukan empat alien (makhluk dari angkasa luar): dua masih hidup, satu lari dan ditembak oleh tentara yang panik, dan satu lagi hidup dalam keadaan luka parah. Dalam kondisi sekarat, alien terakhir ini dibawa ke Roswell Army Air Field. Alien-alien yang ditemukan ini tingginya 135 sentimeter, kulit berwarna cokelat keabu-abuan, memiliki empat jari, dan kepalanya plontos alias tanpa rambut. Setelah kejadian itu, masih ada puluhan laporan lain tentang jatuhnya UFO, seperti diungkap dalam UFOs, Just the Facts.

Jatuhnya UFO di Roswell membuat perhatian orang terhadap UFO makin meningkat. Bahkan pemerintah AS secara resmi membentuk badan khusus untuk menyelidiki fenomena tersebut, yakni Project Blue Book. Secara resmi, pemerintah AS membantah adanya UFO jatuh, dan menyebut benda yang jatuh tersebut adalah balon eksperimen. Toh, kabar itu tak begitu saja dipercaya orang. Informasi yang beredar menyebut UFO yang jatuh itu disimpan di suatu tempat yang disebut Area 51. Tak sedikit orang yang percaya kasus Roswell benar terjadi. Maklum, "Penduduk desa setempat sempat menyaksikan pesawat setengah hancur, dan ditemukan alien yang masih hidup di dalamnya dan dievakuasi tentara AS," kata Fan Fan.

Di luar kasus UFO jatuh, laporan penampakan UFO juga makin meningkat. Para peneliti pun makin bersemangat meneliti buruannya. Meski begitu, dari klarifikasi yang ada, tak semua laporan penampakan itu benar. Sejumlah laporan berisi kebohongan, yang lain merupakan hasil kesalahan interpretasi dan gangguan penglihatan, sebagian yang lain hanya bersumber dari histeria massa. Meski begitu, beberapa laporan merupakan kasus unik dan perlu dikaji serius.

"Selain penampakan, laporan yang juga menarik diikuti adalah informasi adanya penculikan oleh UFO," kata Fan Fan. Menurut sejumlah korban yang mengaku pernah diculik UFO, aksi itu diikuti dengan pengambilan sperma miliknya. Itu dibuktikan dengan adanya bekas luka di bahu, ulu hati, dan di bagian sekitar alat kelamin. Sebagian besar, pelaku penculikan adalah ras greys. Cirinya, bertubuh kecil dengan kulit keabu-abuan dengan dua mata hitam yang begitu besar. Alien tipe ini pula yang disebut-sebut jatuh di Roswell.

Dalam kasus ini, penculikan yang dialami petani Brasil, Antonio Villas-Boas, pada 1960-an, menarik diungkap. Setelah diculik, tubuhnya mengalami sejumlah luka. Salah satu pengakuannya, itu tadi, spermanya diambil untuk dimasukkan ke rahim sejenis alien yang lebih menyerupai wanita dibanding laki-laki. Dalam buku Fafakur di Galaksi Luhur, Dedy Suardi malah menyebut Boas diperkosa wanita UFO. Tetapi, polisi setempat tak percaya dengan cerita Boas. Setelah penculikan, Boas mengidap kanker kulit--penyakit yang diduga bersumber dari kasus penculikan tersebut. "Benar atau tidak, seperti itulah pengakuan Boas," kata Fan Fan, yang kini aktif di Gray Race Foundation, yayasan yang mengamati masalah UFO di Bandung.

Dalam urusan culik-menculik oleh alien, tak usah jauh-jauh ke luar negeri. Di negeri sendiri, tepatnya di Bandung, itu tadi, ada Sudjana Kerton yang mengaku diculik UFO. Sejatinya, UFO berbentuk piring terbang sudah sering dilihat Sudjana sejak 1953, saat ia tinggal di Colorado, AS. Kejadian makin sering dialami saat ia pulang ke Indonesia, pada 1976, dan mendirikan studio Sanggar Luhur. Hasil penglihatannya itu dituangkan dalam lukisan minyak di atas kanvas bertajuk Kerton Lihat UFO," yang dibuat pada 1978.

Ternyata, melihat saja tidak cukup. Puncak pengalaman Sudjana bersama UFO terjadi suatu malam, pada 1978. Saat itu, ia mimpi didatangi makhluk-makhluk kecil dan membawanya naik ke pesawat besar yang menyerupai piring terbang. Anehnya, meski sebelumnya diduga sekadar mimpi, keesokan harinya Sudjana menemukan sejumlah keganjilan ditemukan di belakang studionya. Di situ seperti terdapat bekas ditindih sesuatu yang besar sekali, dan ada sesuatu yang menyerupai tapak kaki. Semua kejadian itu diabadikan Sudjana lewat lukisan bertajuk Mimpi UFO, dan bekas tapak kaki itu dituang gips dan dicetak.

Sayang, setelah disimpan sekian lama, gips berbentuk kaki alien itu kini hilang. "Mungkin terbuang saat studio ini direnovasi, pada 1998," kata Miss Tjandra Kerton. Putri Sudjana Kerton, yang juga mengaku berulang kali melihat UFO ini, ditemui Tempo News Room di Sanggar Luhur, Senin (30/8). Jangan-jangan, setelah dibuang, kaki cetakan itu diambil alien untuk kenang-kenangan! Ya, siapa tahu? dwi wiyana

Wawancara Penampakan UFO

Jakarta - Bandung, Jawa Barat, kembali digegerkan dengan berita Unidentified flying object (UFO). Seorang warga kota kembang ini, Boby Hendrawan mengaku, melihat benda luar angkasa tersebut yang hingga kini keberadaannya masih menjadi kontroversi.


Boby mengaku, melihat benda berwarna putih seperti lampu sebesar kepalan tangan. Ia menyaksikan benda aneh itu Jumat 4 April 2008, pukul 07.40 WIB. Benda itu sempat bergeser ke kiri, lalu diam lagi. Terus dia bergeser ke atas, dan di atas benda itu keluar cahaya merah, mirip bintang. Kesaksian Boby menambah panjang daftar masyarakat yang menyaksikan benda asing yang diduga (UFO).

Sekalipun keberadaanya masih diragukan, tapi bagi beberapa kalangan UFO dianggap ada. Mereka menyimpulkan UFO merupakan benda terbang dari luar angkasa. Mereka mengatakan kalau benda asing tersebut milik mahluk luar angkasa. Kehidupan mereka sama seperti manusia yang ada di bumi. Hanya saja, teknologi yang mereka miliki jauh lebih pesat dibandingkan manusia.
Saat ini di Indonesia ada beberapa kalangan membentuk sebuah perkumpulan untuk mengikuti perkembangan benda asing tersebut, misalnya komunitas Beta UFO, yang diketuai Nur Agustinus. Didirikan pada tanggal 26 Oktober 1997, komunitas ini mendata hampir seluruh penampakan UFO di Indonesia, kemudian menganalisa dan mempelajarinya.

Bagi Agustinus dan Beta UFO, fenomena UFO sudah lama terjadi di Indonesia. Daerah yang menjadi langganan kedatangan UFO di Indonesia adalah wilayah Jawa Barat, terutama Bandung. Mengapa demikian? Berikut petikan wawancara Deden Gunawan dari detikcom dengan Nur Agustinus, Direktur Beta UFO:

Baru-baru ini seorang warga Bandung melihat benda aneh. Apakah itu UFO?

Dari deskripsi yang dijelaskan Boby itu memang UFO. Sebab setiap benda asing dan aneh, baik berupa pesawat maupun cahaya itu adalah UFO. Dan yang dilihat Boby Jumat (4 April 2008), adalah sebuah rangkaian dari kemunculan UFO di malam sebelumnya. Sebab Kamis malam (3 April 2008), Dendy (anggota Beta UFO) juga melihat benda yang disaksikan Boby di Bandung. Dendy melihat benda asing itu saat naik kereta Jabotabek. Ia menyaksikannya saat kereta melintas di daerah Depok.

Jadi benda asing yang muncul di Bandung serupa dengan yang muncul di Depok?

Iya. Benda itu memang sama. Kemungkinan setelah muncul di Depok benda itu meluncur ke Bandung. Dan dari hasil penelitian kami, Jawa Barat memang jadi langganan kedatangan UFO.

Mengapa UFO sering muncul di Jawa Barat?

Mungkin karena di sana ada pintu masuk atau portal bagi UFO, sehingga benda itu dilaporkan sering terlihat di Jawa Barat.

Bisa dijelaskan portalnya ada dimana saja?

Untuk lokasi persisnya, kami tidak tahu. Tapi berdasarkan penelitian tim kami, wilayah Dago di Bandung, jadi salah satu pintu masuk UFO. Kami juga sedang mempelajari kenapa wilayah itu (Dago) dipilih menjadi pintu masuknya.

Dari pengamatan Beta UFO, apa yang membuat UFO memunculkan diri ke bumi?

Kalau di Indonesia kemunculan UFO biasanya kalau terjadi fenomena alam, seperti badai, gunung meletus, atau gempa. Dan besar kemungkinan mereka muncul di Bandung karena di daerah itu sebelumnya sempat terjadi hujan es.

Apa yang membuat mereka tertarik dengan gejolak alam tersebut?

Sama seperti manusia. Mungkin saja mereka merasa penasaran dan ingin melihat dari dekat kondisi yang terjadi.

Apakah anda sendiri sempat melihat UFO?

Pernah beberapa kali di Jawa Timur.

Kenapa anda begitu tertarik mempelajari UFO?

Saya merasa penasaran tentang keberadaan benda asing itu. Makanya saya dan teman-teman yang punya ketertaikan yang sama membentuk Beta UFO, 1997 lalu. Kami sangat serius mengamati fenomena UFO di Indonesia. Tapi kami bukan pemuja UFO. Misi kami hanya mengklarifikasi fenomena UFO, mempelajari agenda dan aktvitasnya, serta berupaya secara efektif untuk mengedukasi masyarakat akan realitas dan implikasinya.

Sejauh ini sudah berapa banyak anggota Beta UFO?

Anggota kami sampai saat ini jumlahnya 800-an orang. Mereka tersebar di sejumlah kota di Indonesia. Untuk mempermudah informasi, kami menggunakan email dan telepon. Sesekali kami juga kumpul-kumpul untuk membahas soal UFO.

Apa tujuan pembentukan Beta UFO?

Kami hanya ingin mengakomodir keingintahuan kami soal benda asing itu, seperti tempat sharing. Untuk itu kami menerima informasi dari siapa saja yang pernah melihat UFO. Sebab selama ini banyak masyarakat yang menyaksikan UFO tapi tidak tahu harus melaporkannya ke mana dan ke siapa.

Tapi sebagian besar masyarakat Indonesia tidak percaya dengan UFO. Bagaimana anda dan Beta UFO bisa mempercayainya?

Kami di Beta UFO hanya melakukan penelitian dan penyelidikan mengenai UFO secara ilmiah. Kami juga memberi arahan kepada setiap anggota untuk tidak mencampuradukkan masalah agama sehingga bisa mengganggu keimanan anggota terhadap agama masing-masing. Intinya kita hanya berupaya mempelajari UFO secara ilmiah. Sebab kenyataannya benda asing tersebut memang terlihat mata oleh beberapa masyarakat.

Nur Agustinus adalahketua BETA-UFO Indoensia,sebuah organisasi peneliti UFO yang beralamat di Surabaya.
Sumber: www.detikportal.com

Pendidikan Anti Korupsi Membangun Bangsa yang Jujur, dan Percaya Diri, Melalui Proses Ujian Sekolah

Prof.DR.H.Buchari Alma *)

Usaha melaksanakan Pendidikan Antikorupsi belum berjalan maksimal. Perlu menemukan solusi membiasakan anak-anak generasi muda bangsa yang akan datang agar selalu berperilaku jujur. Karena perilaku jujur adalah modal dasar hidup bermasyarakat. Memang orang yang tidak jujur bisa juga berhasil hidupnya tapi hanya untuk sementara, setelah itu ia akan menderita

Upaya membiasakan berperilaku jujur dengan cara melatih anak-anak melalui kotak kejujuran dan kantin jujur di sekolah merupakan salah satu usaha yang baik dan diharapkan akan berhasil. Namun sampai dimana tingkat keberhasilannya belum jelas.

Fenomena yang terjadi dalam diri bangsa Indonesia kita sulit mencari pegawai, kasir, partner bisnis bahkan mencari calon pemimpin yang jujur. Kalaupun ada pemimpin yang jujur, orang-orang sekelilingnya banyak yang tidak jujur sehingga menghambat kinerja sang pemimpin. Ada kasus calon pemimpin berijazah palsu, suatu bukti ketidakjujuran moral yang harus dihukum seberat-beratnya.

Kita sangat maju dalam praktek demokrasi tapi hanya dalam demokrasi prosedural untuk memilih presiden, gubernur, bupati, dsb. yang seringkali diikuti dengan perkelahian. Demokrasi dinegara kita belum mampu mengambil manfaat substansial dari demokrasi itu sendiri, karena kekurangan pengetahuan.

Lulusan sekolah pada tingkat apapun selalu ingin menjadi pegawai, tidak kreatif, malas baca dan kurang percaya diri.

Jika ada kesempatan/ peluang selalu ikut kelompok untuk korupsi, tidak mungkin menolak ajakan menyeleweng dari kelompoknya

Dunia pendidikan digunakan sebagai ajang promosi. Beberapa daerah berusaha meningkatkan mutu pendidikan melalui tingkat kelulusan 100 persen yang dilakukan dengan berbagai cara. Beberapa cara yang tidak terpuji adalah sedikit melonggarkan pengawasan dalam ujian, jika perlu guru membantu membuat jawaban kemudian dibagikan kepada siswa yang sedang diuji (ini sudah rahasia umum).

Usaha-usaha yang tidak lazim diatas, menyebabkan proses pendidikan yang dilakukan selama ini, mengarah kepada pembentukan watak, perilaku lulusan sekolah akan menjadi koruptor, tidak disiplin, tidak jujur, tidak bertanggung jawab tidak percaya diri, dsb.

Salah satu usaha yang menurut penulis akan berhasil secara signifikan untuk mengubah perilaku bangsa Indonesia ialah melalui proses ujian sekolah yang bersih dan jujur mulai dari tingkat bawah (SD) sampai tingkat S1, S2, dan S3. Selama ini telah betahun-tahun negara kita melaksanakan ujian sekolah apa yang terjadi?

Persepsi terhadap dunia pendidikan kita dikatakan carut marut, kusut dengan berbagai persoalan yang tidak kunjung selesai. Para pakar selalu memikirkan bagaimana mengurai benang kusut ini, dari mana dimulai, simpul mana yang harus dibongkar? Depdiknas sudah berusaha melakukan perbaikan kurikulum, menatar guru-guru, membenahi distribusi buku, meninjau atau reevaluasi perbukuan, proyek perpustakaan, meningkatkan dana pendidikan, tapi semua ini belum membuahkan hasil yang diinginkan.

Seharusnyalah dunia pendidikan ini diserahkan kepada orang-orang yang ahli dibidangnya. Kita punya universitas pendidikan, fakultas pendidikan, sarjana pendidikan yang ahli dalam bidangnya, mereka harus terlibat dalam merumuskan pengelolaan pendidikan nasional. Serahkan segala urusan kepada ahlinya.

Tingkat produktivitas dunia pendidikan kita rendah, diukur dari berbagai aspek yang telah diungkapkan melalui berbagai survai dan penelitian. Proses belajar mengajar dalam lembaga pendidikan kita gagal, mendidik generasi muda bangsa menjadi generasi yang diidam-idamkan. Manusia tidak jujur dan korup lahir dari hasil pendidikan kita, setelah tamat mereka menjadi polisi, guru, dokter, sarjana hukum, sarjana teknik, pengusaha berbaur dengan lingkungan eksternal yang sudah rusak oleh generasi pendahulu.

Melihat perilaku nyontek dalam proses ujian adalah simpul yang amat strategis yang perlu dibasmi dalam proses ujian dunia pendidikan kita. Kita harus mengembangkan suatu budaya dilarang keras menyontek dalam ujian, dan harus diberikan sanksi berat dan tegas tidak pandang bulu.

Memperhatikan fenomena ujian yang dihadapi oleh murid-murid dari dari SD-SLTP-SLTA-PERGURUAN TINGGI S1-S2-S3- dan sebagainya selalu saja terbuka kesempatan, banyak peluang untuk nyontek. Murid sama murid nyontek, guru sama guru jika diuji juga nyontek, guru memberi kesempatan siswa nyontek, atau guru memberikan jawaban soal dalam ujian akhir nasional, siswa siswa-siswa S1, S2, S3 juga biasa nyontek.

Dimana-mana selalu nyontek. Kasus terakhir, kita baca, bahwa ada guru yang dilempari batu karena terlalu keras mengawas UAN, ini menyalahi prosedur dan kebiasaan yang berlaku. Selama ini pengawas harus pura-pura tidak tahu bahwa para siswa nyontek. Jadi harus ada toleransi dari pengawas dan ini sudah biasa.

Penulis pernah melakukan survei dan memberi angket kepada para mahasiswa sebanyak 55 orang, hasilnya sangat mengagetkan bahwa 100 persen mereka pernah nyontek dalam ujian. Lebih separoh diantaranya sering dan seringkali menyontek. Akibat dari nyontek ini sudah jelas akan muncul perilaku, atau watak, tidak percaya diri, tidak disiplin, tidak bertanggung jawab, tidak mau membaca buku pelajaran tapi rajin membuat catatan kecil-kecil untuk bahan nyontek, potong kompas, menghalalkan segala macam cara, dan akhirnya menjadi koruptor. (*)

*) Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia , Bandung

Mendidikan Sesuai Kecerdasan Siswa

Sesungguhnya setiap anak dilahirkan cerdas. Inilah paradigma baru pendidikan yang sedang berkembang di dunia. Kenyataan ini memang berlawanan dengan persepsi yang diyakini selama ini bahwa anak cerdas berjumlah terbatas, seakan-akan mereka menempati strata tertentu. Adanya penemuan terbaru ini memang diharapkan akan mengubah pendekatan pendidikan yang selama ini terlanjur mapan.

Menurut Dr Thomas Amstrong, pakar pendidikan dari Amerika setiap anak dilahirkan dengan membawa potensi yang memungkinkan mereka untuk menjadi cerdas. Sifat yang menjadi bawaan itu antara lain : keingintahuan, daya eksplorasi terhadap lingkungan, spontanitas, vitalitas, dan fleksibilitas. Dipandang dari sudut ini maka tugas setiap orang tua dan guru hanyalah mempertahankan sifat-sifat yang mendasari kecerdasan ini agar bertahan sampai anak-anak itu tumbuh dewasa. Mengapa demikian? Karena ternyata diketahui kualitas kecerdasan ini bisa rusak karena adanya sebab tertentu.

Ironisnya pengaruh kuat yang merusak potensi kecerdasan itu ternyata datang dari lingkungan terdekat mereka : rumah dan sekolah!

Situasi rumah yang menimbulkan depresi dan keterasingan berperan memupus bakat alamiah ini. Tekanan juga bisa datang dari orang tua yang karena sebab tertentu malah menghambat kreatifitas, keingintahuan, kegembiraan dalam bermain anak-anak. Ambisi orang tua agar anak-anak mereka meraih prestasi tertentu mendorong anak-anak ini untuk tumbuh terlampau cepat melampaui usia mental mereka dan pada saat bersamaan menghilangkan kegembiraan masa kecil mereka.

Padahal para ahli mengingatkan bahwa anak belajar dari permainan mereka. Bagi anak-anak bermain bukan aktifitas remeh melainkan aktifitas yang serius terutama bagi perkembangan mereka.

Sayangnya yang terlihat di masyarakat kita justru kenyataan sebaliknya. Di usia sangat dini mereka harus kehilangan kegembiraan masa kecil mereka. Anak-anak kerap menanggung beban keinginan orang tua mereka sendiri dengan terpaksa mengikuti berbagai macam kursus: mulai kursus bahasa asing, sempoa, piano dan sebagainya. Sebenarnya mengikuti berbagai kursus itu tidak menjadi masalah asal keinginan itu datang dan atas kemauan anak itu sendiri. Prinsipnya anak-anak itu tidak kehilangan kegembiraan dalam menjalaninya dan tidak kehilangan masa bermain mereka.

Sementara itu di sekolah, perusakan potensi kecerdasan alami itu terjadi lewat kurikulum yang terlampau kaku, tidak fleksibel atau malah membebani. Situasi sekolah yang tidak menyenangkan, guru yang mengajar dengan cara yang membosankan juga ikut andil menyumbang terkuburnya potensi alami tersebut.

Bertolak dari kenyataan itulah perlu dikembangkan pendekatan pendidikan yang menjadi alternatif bagi sekolah pada umumnya. Sekolah alternatif ini haruslah dirancang atas pendekatan bahwa setiap anak itu mempunyai kecerdasannya sendiri. Lingkungan sekolah dirancang agar anak-anak tumbuh dengan kreatifitas mereka sendiri, tidak kehilangan kegembiraan masa kecil mereka, dan membuka ruang yang lebar untuk mengeksplorasi lingkungannya. Kecerdasan alami anak dirangsang lewat kegiatan sederhana seperti bercerita, permainan, kunjungan ke tempat tertentu, dan mengajukan pertanyaan kritis.

Sekolah tersebut haruslah juga menghilangkan sistem ranking. Juga tidak ada tes psikologi untuk mengukur kecerdasan seorang anak. Tes psikologi untuk mengukur IQ yang kita kenal sekarang ini jauh dari memadai untuk mengukur kemampuan otak manusia. Sistem rangking malah menciptakan pelabelan di sekolah. Ada anak pintar dan ada anak bodoh. Pendekatan pendidikan terbaru dikembangkan atas keyakinan bahwa setiap anak mempunyai kecerdasannya sendiri dengan cara yang benar-benar berbeda dengan anak lain. Karena itu dalam sistem ini upaya membanding-bandingkan antara anak satu dengan anak lainnya dihindari.

Sebagai konsekuensinya kegiatan belajar mengajar menggunakan pendekatan Multiple Intelligences yang dikembangkan oleh pakar neurosains Dr Howard Gardner. Menurut teori ini manusia mempunyai delapan macam kecerdasan sementara sistem pendidikan pada umumnya hanya mengembangkan dua kecerdasan. Kecerdasan itu adalah: kecerdasan linguistik, matematis-logis, viso-spasial, musik, kinestetik, interpersonal, intrapersonal, dan naturalis. Anak didik dipetakan menurut kedelapan kecerdasan ini dan mendidik mereka dengan cara berbeda sesuai dengan tipe kecerdasan yang dimiliki masing-masing anak. Karena itu metode pengajaran yang diterapkan bisa sangat khas. Dalam mengajarkan matematika misalnya, maka cara mengajar untuk anak dengan tipe kecerdasan linguistik berbeda dengan anak bertipe kecerdasan matematis-logis dan berbeda pula untuk anak dengan tipe kecerdasan viso-spasial. Pada umumnya para pengajar akan berkeberatan jika murid-murid mereka bergerak selama pelajaran berlangsung, di sisi lain anak dengan tipe kecerdasan kinestetik yang selalu bergerak akan tersiksa jika mereka harus duduk diam selama pelajaran berlangsung, padahal anak dengan tipe ini akan sangat cepat menyerap pelajaran justru dengan membiarkannya bergerak. Pola inilah yang dikenal dengan mendidik sesuai kecerdasan anak.

Para pendidik di sekolah seperti ini mempunyai keyakinan bahwa tiap anak mempunyai kecepatan dan waktu tersendiri dalam mempelajari atau menguasai sesuatu. Jadi tidak perlu memaksa anak yang belum bisa membaca untuk bisa membaca misalnya. Sebab jika tiba saatnya anak ini akan mampu membaca dengan sendirinya bahkan kemampuannya bisa melampaui anak yang mampu membaca di usia yang lebih dini. Sangat penting untuk disadari adalah menciptakan kondisi yang mampu membuka gerbang kecintaan anak-anak akan pembelajaran. Dengan cara itu diharapkan kita akan mewariskan generasi pembelajar yang mampu untuk belajar dan mengembangkan diri mereka sendiri sepanjang hidup mereka. Dan hal itu bisa dicapai dengan cara menghindarkan setiap kondisi yang membuat mereka justru berhenti atau bahkan membenci proses pembelajaran itu sendiri

Disadur dari Ditjen Mendikdasmen.